Ads 468x60px

.

Thursday 15 April 2010

BALANCE SCORECARD


Menurut Kaplan dan Norton (2000), Balance Scorecard yaitu sistem pengukuran yang menyeimbangkan alat ukur lama yang hanya berdimensi pada aspek finansial (keuangan) dengan dimensi-dimensi yang baru yaitu pada aspek non-finansial. Balance Scorecard membicarakan suatu teori tentang bagaimana organisasi dapat mencapai hasil yang diinginkan (dalam hal keuangan) dengan melakukan tindakan-tindakan konkret. Balance Scorecard terdiri dari kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan.
Balance Scorecard menerjemahkan misi organisasi dan strategi ke dalam tujuan-tujuan operasional dan mengukur kinerja untuk empat perspektif berbeda (Hansen dan Mowen, 2005), yaitu:
1. Perspektif keuangan, menggambarkan konsekuensi ekonomi atas tindakan yang diambil untuk tiga perspektif lainnya.
2. Perspektif pelanggan atau konsumen, menjelaskan segmen pelanggan
dan segmen pasar dimana unit bisnis akan bersaing.
3. Perspektif proses bisnis internal, menggambarkan proses intern yang dibutuhkan untuk memberikan nilai pada konsumen dan pemilik.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, menjelaskan kemampuan yang diperlukan organisasi untuk menciptakan pertumbuhan dan kemajuan jangka panjang.

Balance Scorecard menekankan bahwa semua ukuran finansial dan non finansial harus menjadi bagian sistem informasi untuk para pekerja di semua tingkat perusahaan. Balance Scorecard berbeda dengan sistem pengukuran kinerja tradisional yang hanya bertumpu pada ukuran kinerja semata. Sebagai suatu sistem pengukuran kinerja yang bersifat multidimensional, komprehensif dan berkesinambungan diantara berbagai aspek kinerja yang diukur, Balance Scorecard ternyata mampu memberikan peranan tersendiri yang bersifat fundamental terhadap manajemen strategik perusahaan. Peran fundamental tersebut adalah bahwa Balance Scorecard berperan sebagai kerangka acuan di dalam merumuskan strategik perusahaan secara komprehensif dan koheren.

Manfaat Balance Scorecard
Kaplan dan Norton (2000) mengemukakan beberapa manfaat dari konsep pengukuran kinerja Balance Scorecard, yaitu:
a. Mengklarifikasi dan mengahasilkan konsensus mengenai strategi.
b. Mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan.
c. Menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi perusahaan.
d. Mengkaitkan berbagai tujuan strategis dengan sasaran jangka panjang dan anggaran tahunan.
e. Mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
f. Melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan sistematis.
g. Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan memperbaiki strategi.

Mengukur Kinerja Perpektif Keuangan
Balance Scorecard mengakomodasi perspektif keuangan sebagai ukuran kinerja yang menggambarkan ikhtisar dari konsekuensi ekonomis atas setiap tindakan dan keputusan yang diambil.
Kinerja perspektif keuangan yang diteliti terdiri dari rasio-rasio keuangan yang sesuai dari laporan keuangan, yaitu:
1. Aktiva Produktif
Aktiva produktif merupakan semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Untuk mengukur aktiva produktif bermasalah bank dapat digunakan Non-Performing Loans dan Non-Performing Financing.
2. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
3. Rasio Likuiditas
Likuiditas merupakan teknik untuk mengukur risiko ketidakmampuan bank memenuhi kebutuhan-kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi. Pengukuran likuiditas dalam penelitian ini menggunakan Loan to Deposit Ratio.
Dari tahap-tahap perkembangan industri tersebut akan diperlukan strategi-strategi yang berbeda-beda. Dalam perspektif keuangan, terdapat tiga aspek dari strategi yang dilakukan suatu perusahaan. Pertama, pertumbuhan pendapatan dan kombinasi pendapatan yang dimiliki suatu organisasi bisnis. Kedua, penurunan biaya dan peningkatan produktivitas. Ketiga adalah penggunaan aset yang optimal dan strategi investasi. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing tahap siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton (2001) dibedakan menjadi:
a. Growth (Perkembangan)
Growth merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang sama sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang. Untuk menciptakan potensi ini, kemungkinan seorang manajer harus terikat komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global. Sasaran keuangan dari bisnis pada tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhan revenue atau penjualan dalam pasar yang ditergetkan.
b. Sustain Stage (Bertahan)
Sustain stage merupakan tahap kedua, yaitu suata tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Secra konsisten pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpu pada strategi jangka panjang. Sasaran keuangan pada tahap ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.
c. Harvest (Panen)
Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen (harvest) terhadap investasi mereka. Perusahaan tidak melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi atau membangun suatu kemampuan baru.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Algaoud, Latifa M. dan Mervyn K. Lewis. 2004. Perbankan Syariah.PT.Serambi Ilmu Semesta.Jakarta.
  2. Antonio, Muhammad Syafi’i. 1999. Bank Syariah: Wacana Ulama dan Cendekiawan.Bank Indonesia. Jakarta.
  3. Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press. Jakarta.
  4. Bank Indonesia (2004): Peraturan Bank Indonesia No:6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum.
  5. Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat.Jakarta.
  6. Direktorat Perbankan Syariah. 2007. Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2006, Bank Indonesia.Avalaible: http:/www.bi.go.id
  7. Harahap, Sofyan S. 2006. Akuntansi Perbankan Syariah .LPFE Universitas Trisakti.Jakarta.
  8. Kaplan, Robert S. Dan David P. Norton. 1996. Balance Scorecard, Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, Terjemahan: Pasla Yosi Peter R. Penerbit Erlangga.Jakarta.
  9. Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan.Rajawali Press.Jakarta.
  10. Kasmir. 1998. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.Raja Grafindo.Jakarta. Majalah Ekonomi Syariah Vol.4 No 2-9 2005.
  11. Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
  12. Novita Wulandari. Keunggulan Komparatif Bank Syariah. Suara Merdeka, Senin 22 Nopember 2004.
  13. Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2008. Akuntansi Syariah di Indonesia. Penerbit Salemba Empat.Jakarta.
  14. Pujiyono, Arif. 2004. Posisi dan Prospek Bank Syariah dalam Dunia Usaha Perbankan. Dinamika Pembangunan Vol.1 No.1/Juli 2004,p 45-58.
  15. Srimindarti, Ceacilia. 2004. Balance Scorecard Sebagai Alternatif Untuk Mengukur Kinerja. Fokus Ekonomi, Vol. 3 No. 1.
  16. Sudibyo, Bambang. 1997. Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Balance Scorecard : Bentuk, Mekanisme, dan Aplikasinya Pada BUMN. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.12,2,35-49.
  17. Susanto, Burhanuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah di Indonesia.UII Press.Yogyakarta.
  18. Wardhani, Shinta Lusi. 1999. Balance Scorecard Sebagai Salah Satu Sarana Pengukur Kinerja Operasi Perusahaan. JSB Th. IV Vol.17
  19. Yuwono, Sony dkk. 2003. Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard: Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi, edisi kedua.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

ARTIKEL TERKAIT