Ads 468x60px

.

Monday 2 May 2011

KEBIJAKAN MONETER DAN PENANAMAN MODAL ASING



Model Mundell-Flemming yang merupakan perluasan dari IS-LM Keynes untuk perekonomian terbuka, banyak digunakan untuk menganalisis efektivitas kebijakannmakroekonomi pada mobilitas modal tinggi. Sebagai penyederhanaan, model ini mengasumsikan 1) harga yang rigid di pasar barang, 2) mobilitas modal yang sempurna, 3) substitusi sempurna antara obligasi domestik dan asing, 4) tingkat bunga negara lain adalah eksogen (asumsi negara kecil), dan 5) ekspektasi yang statis. Asumsi 2 dan 3 menunjukkan terjadinya uncovered interest parity. (C.H. Kwan, 1998).

Dalam model Mundel-Flemming, tingkat mobilitas modal berperan penting dalam menentukan reaksi nilai tukar terhadap perubahan dalam kebijakan moneter. Sebagai contoh, kebijakan moneter yang ekspansif akan menyebabkan besarnya depresiasi mata uang karena terpengaruh oleh tingkat bunga domestik yang akan menyebabkan aliran modal keluar dan akan menekan mata uang domestik. Semakin sensitif aliran modal terhadap perubahan tingkat bunga, semakin besar reaksi aliran modal terhadap penurunan tingkat bunga. Semakin tinggi mobilitas modal berpindah, semakin besar depresiasi mata uang akan terjadi sebagai reaksi terhadap ekspansi moneter (Rossenberg, 2003).
Menurut Krugman dan Obsfelt (2003), fluktuasi nilai tukar sebagai reaksi dari ekspansi kebijakan fiskal akan tergantung pada seberapa sensitif aliran modal terhadap perubahan tingkat bunga. Jika mobilitas modal tinggi, pengaruh aliran modal dari luar negeri menyebabkan penurunan dalam perdagangan, dan juga nilai mata uang domestic akan mengalami apresiasi. Jika mobilitas aliran modal relatif rendah, akan terjadi sebaliknya.
McCulloh dalam Froot (1993) mengatakan bahwa kenaikan biaya produksi akibat deperesiasi mata uang domestik akan menyebabkan investor berpindah ke daerah lain yang memiliki biaya produksi yang relatif lebih rendah. Hal ini mengingat bahwa sebagian besar PMA masih menggunakan input impor dalam proses produksi. Oleh karena itu, keunggulan dari manajemen global yang terintegrasi dituntut untuk membangun PMA yang lebih menguntungkan dari nilai mata uang negara tujuan.
Chen (2004) mengatakan bahwa nilai tukar mata uang asing berpengaruh terhadap aliran modal masuk. Dalam rangka mengurangi tekanan inflasi dalam perekonomian, bank sentral tingkat suku bunga yang menyebabkan jumlah uang beredar cenderung berkurang, dan mendorong kenaikan nilai uang. Permintaan asing akan mata uang domestik menurun, dan harga mata uang domestik di pasar valuta asing akan menurun. Jumlah yang tetap dari mata uang asing akan memperoleh lebih banyak mata uang domestik sehingga menjadi insentif bagi investor asing untuk berinvestasi di dalam negeri. Hal ini akan mendorong naiknya tingkat pertumbuhan PMA.

RUJUKAN

  1. Ball, Christopher P and Javier Rayes, 2004, “Inflation Targeting or Fear of Floating in Disguise: The Case of Mexico” in International Jurnal of Finance and Economics. January.
  2. Ball, L. 1997. Efficient Rule for Monetary Policy, NBER Working Paper No. 5952.
  3. Bernanke, Ben S. et al. 1999. Inflation Targeting, Lessons from the International Experience, New Jersey.
  4. Brooks, Douglas H. Et.al. 2003. “Foreign Direct Investment in Developing Asia: Trends, Effects, and Likely Issues for the Forthcoming WTO Negotiations” ERD Working Paper No. 38.
  5. Chen, David Y. 2005. “Foreign Direct Investment in the United States: Interest and Exchange Rate” in Southern Business Review Froot, Kenneth A. 1993. “Foreign Direct Investment” in National Bureau of Economic Research. London.
  6. Froyen, Richard T. 2003. Macroeconomics, Theories and Policies, International Edition, New Jersey.
  7. Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. First Edition, New York: Mc Grow Hill.
  8. Jr, Kelly William A, and Miles James A. 1989. “Capital Structure Theory and the Fisher Effect” in The Financial Review.
  9. Krugman and Obsfeld. 2003. International Economics, Theory and Policy. Sixth Edition. Boston.
  10. Kwan, CH. et. al. 1998. Coping with Capital Inflow in East Asia. Tokyo.
  11. Manurung, Rahardja. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: LPFE Universitas Indonesia.
  12. Natagami, Keizo. 1980. Monetary Theory. Amsterdam: North Holland Publishing Company.
  13. Nopirin. 1990. Ekonomi Moneter, Buku II. Yogyakarta: BPFE.
  14. Prakosa. 2003. Pengaruh Tax Holiday terhadap PMA di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Moneter.
  15. Rossenberg, Michael R. 2003. Exchange Rate Determination, Models and Strategies for Exchange Rate Forecasting.
  16. Solikin. 2005. Fluktuasi Makroekonomi dan Respon Kebijakan yang Optimal di Indonesia. (Disertasi tidak dipublikasikan). Universitas Indonesia.
  17. Sudarsono, Heri. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Moneter.
  18. Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Rajawali Press Svensson.
  19. Lars E.O. 1997. “Inflation Forecast Targeting: Implementing and Monitoring Inflation Target” in European Economic Review.
  20. Taylor, John B. 2001.” The Role of Exchange Rate in Monetary Policy Rules” in The Amarican Economic Review.
  21. ______. 1993. “Discretion versus Policy Rules in Practice” Carniege-Rochester Conferences Series on Public Policy, 39.
  22. ______. 1999. Monetary Policy Rules, NBER Conference Report. Chicago: The University of Chicago Press.
  23. Warjiyo, Perry. 2004. Bank Sentral Republik Indonesia Sebuah Pengantar, Jakarta.
  24. Wong, Ka-Fu. 2000. “Variability in the Effects on Monetary Policy in Economic Activity” in Journal of Money, Credit and Banking.
Comments
1 Comments

1 komentar:

  1. ijin sharing artikel menarik mengenai kredit tanpa agunan.
    terimakasih. salam sehat selalu.

    ReplyDelete

ARTIKEL TERKAIT