Individu
yang merasa terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dalam
organisasi. Sedangkan individu yang merasa kurang terpuaskan dengan pekerjaannya
akan memilih keluar dari organisasi. Kepuasan kerja yang dirasakan dapat mempengaruhi
pemikiran seseorang untuk keluar. Evaluasi terhadap berbagai alternative pekerjaan,
pada akhirnya akan mewujudkan terjadinya turnover karena individu yang memilih
keluar organisasi akan mengharapkan hasil yang lebih memuaskan di tempat lain.
Ketidakpuasan
kerja telah sering diidentifikasikan sebagai suatu alasan yang penting yang
menyebabkan individu meninggalkan pekerjaannya. Secara empiris dapat disimpulkan
bahwa ketidakpuasan kerja memiliki suatu pengaruh langsung pada pembentukan
keinginan keluar.
Robbins
(2003) menjelaskan bahwa kepuasan kerja dihubungkan negatif dengan keluarnya
karyawan, tetapi faktor-faktor lain seperti pasar kerja, kesempatan kerja
alternatif dan panjangnya masa kerja merupakan kendala penting untuk
meninggalkan pekerjaan yang ada. Kepuasan kerja dihubungkan secara negatif
dengan keinginan berpindah karyawan, tetapi kolerasi itu lebih kuat daripada apa
yang ditemukan dalam kemangkiran (Brayfield dan Crocket, 1997).
Kepuasan
kerja juga dihubungkan secara negatif dengan keluarnya (turnover) karyawan.
Faktor lain misalnya kondisi pasar tenaga kerja, pengeluaran mengenai kesempatan
kerja alternatif dan panjangnya masa kerja, pengeluaran mengenai kesempatan
kerja alternatif dan panjangnya masa kerja dalam organisasi itu sebenarnya merupakan
kendala yang penting dalam keputusan untuk meninggalkan pekerjaan (Rivai,
2001).
Banyak
penelitian yang menemukan adanya hubungan negatif kepuasan kerja terhadap turnover
intentions karyawan. Mathis dan Jackson (2001) mengidentifikasikan bahwa
keluar masuk (turnover) karyawan berhubungan dengan ketidakpuasan kerja.
Lum et al., (1998); Johnson (1987); Yuyetta (2002) dan Tett & Meyer (1993) mendefinisikan
semakin tinggi tingkat kepuasan kerja seseorang, maka semakin rendah intensitasnya
untuk meninggalkan pekerjaannya. Ditambahkan pula bahwa kepuasan kerja
berpengaruh terhadap perputaran karyawan. Mereka yang kepuasan kerjanya lebih rendah
mudah untuk meninggalkan perusahaan dan mencari kesempatan di perusahaan lain.
Studi
lainnya yang dikemukakan Kalbers dan Fogarty (1995) menunjukkan bahwa kepuasan
kerja dan turnover intentions mempunyai hubungan negatif. Tan and
Iqbaria (1994) menemukan bukti empiris pada profesional sistem informasi yang
sering diindikasikan memiliki komitmen dan kepuasan kerja yang rendah, sehingga
keinginan berpindah profesional
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan profesional lainnya. Hal tersebut
mendukung penelitian Passewark dan Strawser (1996) yang menemukan bahwa
kepuasan kerja dan keinginan berpindah mempunyai pengaruh langsung dan
memiliki hubungan negatif.
RUJUKAN
- Kalbers, L.P., TJ. Forgarty, 1995, Professionalism and Its Consequences: A Study of Internal Auditors, Auditing: A journal of Practice and Theory, Vol. 14, pp. 64 - 86.
- Pasewark, W.R., and J.R. Strawser, 1996, The Determinants and Outcomes Associated with Job Insecurity an A Professional Accounting Environment, Behavioral Research in Accounting, Vol.8, pp. 91 - 113.
- Robbins, Stephen P, 2006, Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, PT Indeks : Kelompok Gramedia.
- Tett, Robert P & John P Meyer, 1993, Job Satisfaction, Organizational Commitment, Turnover Intention, and Turnover: Path Analyses Based on Meta Analytic.