Intensi
adalah niat atau keinginan yang timbul pada individu untuk melakukan sesuatu.
Sementara turnover adalah berhentinya atau penarikan diri seseorang
karyawan dari tempat bekerja. Dengan demikian, turnover intentions (intensi
keluar) adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari
pekerjaannya (Zeffane, 1994).
Intensi
keluar (turnover intensions) juga dapat diartikan sebagai pergerakan tenaga
kerja keluar dari organisasi. Turnover mengarah pada kenyataan akhir
yang dihadapi organisasi berupa jumlah karyawan yang meninggalkan organisasi
pada periode tertentu, sedangkan keinginan karyawan untuk berpindah mengacu
pada hasil evaluasi individu mengenai kelanjutan hubungan dengan organisasi
yang belum diwujudkan dalam tindakan pasti meninggalkan organisasi. Turnover
dapat berupa pengunduran diri, perpindahan keluar unit organisasi,
pemberhentian atau kematian anggota organisasi.
Robbins
(1996), menjelaskan bahwa penarikan diri seseorang keluar dari suatu organisasi
(turnover) dapat diputuskan secara sukarela (voluntary turnover)
maupun secara tidak sukarela (involuntary turnover). Voluntary
turnover atau quit merupakan keputusan karyawan untuk meninggalkan
organisasi secara sukarela yang disebabkan oleh faktor seberapa menarik
pekerjaan yang ada saat ini, dan tersedianya alternative pekerjaan lain.
Sebaliknya, involuntary turnover atau pemecatan menggambarkan keputusan
pemberi kerja (employer) untuk menghentikan hubungan kerja dan bersifat uncontrollable
bagi karyawan yang mengalaminya (Shaw et al., 1998).
Tingkat turnover
adalah kriteria yang cukup baik untuk mengukur stabilitas yang terjadi di
organisasi/ perusahaan tersebut, dan juga bisa mencerminkan kinerja dari organisasi.
Tinggi rendahnya turnover karyawan pada organisasi mengakibatkan tinggi rendahnya
biaya perekrutan, seleksi dan pelatihan yang harus ditanggung organisasi (Woods
dan Macaulay, 1989).
Banyak
penelitian yang menjelaskan bahwa keinginan untuk mengakhiri tugas atau meninggalkan
organisasi berhubungan dengan rasa puas atau tidak puas individu terhadap
pekerjaannya. Turnover menggambarkan pikiran individu untuk keluar, mencari
pekerjaan di tempat lain, serta keinginan meninggalkan organisasi. Hal tersebut
juga diungkapkan oleh Lum et al., (1998) bahwa keinginan seseorang untuk keluar
organisasi, yaitu evaluasi mengenai posisi seseorang saat ini berkenaan dengan ketidakpuasan
dapat memicu seseorang untuk keluar dan mencari pekerjaan lain.
Zeffane
(1994) mengungkapkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya turnover,
diantaranya adalah faktor eksternal, yakni pasar tenaga kerja; dan faktor
institusi (internal), yakni kondisi ruang kerja, upah, keterampilan kerja, dan supervisi,
karakteristik personal dari karyawan seperti intelegensi, sikap, masa lalu, jenis
kelamin, minat, umur dan lama bekerja serta reaksi individu terhadap pekerjaannya.
Dalam
penelitiannya, Andini (2006) mengumpulkan beberapa studi yang telah mengevaluasi
peranan turnover intentions, yaitu:
1. Fishbein & Ajzein, (1975),
dan Ancok (1985), menjelaskan bahwa masalah turnover itu sendiri sebagai
wujud nyata dari turnover intentions yaitu niat seseorang untuk melakukan
suatu perilaku tertentu yang dapat mengganggu efektivitas jalannya organisasi.
2. Fishbein (1967) dan Newman (1974)
menjelaskan bahwa turnover intentions menunjukkan perilaku niat untuk
tetap (stay) atau meninggalkan (leave) organisasi secara
konsisten berhubungan dengan perpindahan pekerjaan (turnover).
3. Mobley, horner dan Hollingsworth
(1978), turnover intentions (niat berpindah) diantara para pegawai
mempunyai korelasi yang kuat dengan intention to quit (niat untuk
keluar), job search (pencarian pekerjaan) dan thinking of quit (memikirkan
keluar).
4. Pasewark & Strawser (1996)
menjelaskan bahwa turnover intentions mengacu pada niat seseorang untuk
mencari alternatif pekerjaan lain dan belum terwujud dalam bentuk perilaku
nyata.
5. Mobley, Griffeth, Hand dan
Meglino (1979) berpendapat bahwa turnover intentions (niat berpindah)
seseorang dapat memberikan penjelasan tentang pandangan dan evaluasi pekerjaan
seseorang.
Para
peneliti menyatakan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi turnover,
antara lain; job attitude, personality, boidemographic, economic factors,
personal factors, job characteristics, rewards system, supervisory dan group
relations. Mereka juga telah melakukan beberapa usaha untuk mengusulkan
model konseptual proses. Meskipun secara rinci berbeda-beda, secara umum
dinyatakan sebagai fungsi negatif dan job attitude yang dikombinasikan
dengan kemampuan untuk menjamin diri sendiri untuk mendapat pekerjaan di luar
perusahaan tempat bekerja saat ini (Steers & Mowday, 1981; dalam Triaryati,
2002).
Model
konseptual mengenai turnover ditawarkan oleh Mobley (1997), intention
to leave mungkin menunjukkan langkah logis berikutnya setelah seseorang
mengalami ketidakpuasan dalam proses penarikan diri (withdrawal). Proses
keputusan penarikan diri (withdrawal) menunjukkan bahwa thingking of
quiting merupakan logis berikutnya setelah mengalami ketidakpuasan dan
bahwa intention to leave diikuti oleh beberapa langkah lainnya, yang
menjadi langkah-langkah akhir sebelum actual quiting.
Ada 2
(dua) macam model penarikan diri dari organisasi (organizational withdrawal)
yang mencerminkan rencana individu untuk meninggalkan organisasi baik secara temporer
maupun permanen, yaitu:
1. Penarikan diri dari pekerjaan (work
withdrawl), biasa disebut mengurangi jangka waktu dalam bekerja atau
melakukan penarikan diri secara sementara. Hanisch dan Hulin, 1985 (dalam
Mueller, 2003) menyebutkan bahwa karyawan yang merasa tidak puas dalam
pekerjaan akan melakukan beberapa kombinasi perilaku seperti tidak menghadiri
rapat, tidak masuk kerja, menampilkan kinerja yang rendah dan mengurangi
keterlibatannya secara psikologis dari pekerjaan yang dihadapi.
2. Alternatif mencari pekerjaan baru
(seearch for alternatives), biasanya karyawan benar-benar ingin
meninggalkan pekerjaannya secara permanen. Dapat dilakukan dengan proses
pencarian kerja baru, sebagai variabel antara pemikiran untuk berhenti bekerja
atau keputusan aktual untuk meninggalkan pekerjaan (Hom & Griffeth, dalam
Mueller, 2003).
RUJUKAN
- Mobley W.H., Griffeth R.W., Hand H. H and Meglino B. M., 1979, Review and Conceptual Analysis of Employee Turnover Process, Psychological Bulletin.
- Mueller, John Dwight Kammeyer, 2003, Turnover Process in a Temporal Context : It’s about Time, on line (www.emeraldinsight.com).
- Pophal, Lin Grensing, 2000, Human Resources Book: Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis, Edisi Pertama, Prenada Media, Jakarta.
- Shaw, Jason D, Delery, John E, Jenkins, G. Douglas Jr, and Gupta, Nina, 1998, An Organization-Level Analysis of Voluntary and Involuntary Turnover, Academy of Management Journal, Vol. 41, No.5, October, pp.511-525.
- Woods, Robert H and Macaulay, James F, 1989, R for Turnover: Retention Program that Work, Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly, May, pp.78 – 90.
- Zeffane, Rachid, 1994, Understanding Employee Turnover : The Need for a Contingency Approach, International Journal of Manpower, Vol. 15, No. 9, pp. 1-14.
Semoga deh untuk broker ACY ini dapat di kembangkan dan di pertahankan agar ane dimana dapat lebih lama lagi jalankan trading forexnya bersama ACY ini. Fasilitas telah di berikan memang terbaik, dengan bonus yang menarik, serta dimana adanya khursus online, ACY memang benar benar is the best broker
ReplyDelete