Analisis
Fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan yang
kuat yang disebut nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis
yang sangat hati-hati terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan
prospeknya di masa datang. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari
faktor-faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu
keuntungan (return) yang diharapkan dengan suatu risiko yang melekat pada saham
tersebut.
Analisis
fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk mencoba memperkirakan harga
saham di masa yang akan datang dengan (1) mengestimasi nilai faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (2) menerapkan
hubungan-hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham. Model ini sering disebut sebagai share price
forecasting model. Dalam model peramalan
ini, langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental
(seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden, dan
sebagainya) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Jika kemampuan
perusahaan semakin meningkat (misalnya menghasilkan laba yang meningkat) maka
harga saham akan meningkat pula. Dengan kata lain profitabilitas akan
mempengaruhi harga saham (Suad Husnan, 1998).
Return On Asset
ROA
dapat diinterpretasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan
(strategi) dan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan (environmental factors).
Analisis difokuskan pada profitabilitas aset, dan dengan demikian tidak
memperhitungkan cara-cara untuk mendanai asset tersebut. Analisis ROA mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang ada,
setelah biaya-biaya modal dikeluarkan dari analisis. Fokus analisis ROA adalah
profitabilitas, independen terhadap biaya modalnya (Mamduh, Abdul Halim, 2007:
159).
ROA
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan
rasio yang terpenting diantara rasio rentabilitas yang ada.
Price Earning
Ratio
Price
Earning Ratio (PER) mengindikasikan besarnya dana yang dikeluarkan oleh
investor untuk memperoleh setiap rupiah laba perusahaan. Perusahaan yang
memungkinkan pertumbuhan yang lebih tinggi biasanya mempunyai PER yang besar,
demikian pula sebaliknya (Gibson, 1992 : 380 – 381).
PER
menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang
ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima (Harahap, 2001 : 310).
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mengharapkan pertumbuhan
dividen yang tinggi, saham memiliki risiko yang rendah dan investor puas dengan
pendapatan yang tinggi serta perusahaan mengharapkan pertumbuhan dividen
daripada proporsi laba yang tinggi.
Quick Asset to
Inventory
QAI
merupakan salah satu rasio aktivitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan aktiva lancar (terutama dalam bentuk kas dan setara kas)
dari perputaran persediaan. Kas yang setara kas dalam penelitian ini meliputi
surat-surat berharga seperti obligasi, saham giro dan lain sebagainya. Semakin
cepat perputaran inventory atau persediaan menunjukkan semakin produktif
perusahaan dalam menghasilkan aktiva lancar. Perusahaan yang semakin produktif menunjukkan
kinerja yang semakin baik dalam mengelola persediaan untuk menghasilkan aktiva
lancarnya.
Meningkatnya
QAI akan meningkatkan kepercayaan para penyandang dana (investor dan kreditor)
dalam menanamkan dananya ke perusahaan. Meningkatnya kepercayaan investor
maupun kreditor terhadap perusahaan maka harga saham di pasar modal
diprediksikan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham maka total return
saham (penjumlahan capital gain/loss dan dividend yield) juga
meningkat, sehingga QAI berpengaruh positif terhadap total return saham.
Debt to Equity
Ratio
DER
merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan
hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Total
Debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang) sedangkan total sharehoder’s equity merupakan total
modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau
struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki
perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka
pendek maupun jangka panjang) semakin besar disbanding dengan total modal
sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur)
(Ang, 1997).
Mondligiani
dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan
meningkatnya DER karena adanya efek dari corporate tax shield. Hal ini
disebabkan karena dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak, umumnya bunga
yang dibayarkan akibat penggunaan hutang dapat dipergunakan untuk mengurangi
penghasilan yang dikenakan pajak.
Dengan
demikian apabila terdapat dua perusahaan dengan laba operasi yang sama, tetapi
perusahaan yang satu menggunakan hutang dan membayar bunga sedangkan perusahaan
yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak
penghasilan yang lebih kecil, sehingga menghemat pendapatan.
Net Profit
Margin
Net
Profit Margin menunjukkan rasio laba bersih setelah pajak atau net income
terhadap total penjualannya. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan yang dicapai.
Earning Per
Share
EPS
merupakan rasio keuangan yang sering digunakan oleh investor saham atau calon
investor saham untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba
berdasarkan saham yang dipunyai. EPS adalah bagian dari proporsi laba
perusahaan yang diakui dalam setiap lembar saham biasa yang beredar, nilainya
dapat naik jika jumlah lembar saham yang beredar dikurangi dan nilainya dapat
turun jika jumlah lembar saham yang beredar ditambah.
Economic Value
Added
Dalam
lingkungan bisnis yang kompetitif, penggunaan ukuran kinerja keuangan yang
mendasarkan pada analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi
konvensional, seperti rasio profitabilitas memiliki kelemahan utama yaitu
mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu
perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi
kelemahan tersebut dikembangkan suatu pendekatan dalam menilai kinerja suatu
perusahaan, yaitu Economic Value Added (EVA).
EVA
adalah ukuran kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan economic
profit suatu perusahaan, dibandingkan dengan ukuran yang lain. EVA juga
merupakan ukuran kinerja yang berkaitan langsung dengan kemakmuran pemegang
saham sepanjang waktu. Keunggulan EVA sebagai pengukur kinerja terletak pada kemampuannya
untuk menyatukan tiga fungsi penting manajemen, yaitu: capital budgeting,
performance appraisal dan incentive compensation (Higgins, 1998,
dalam Pradhono dan Julius Jogi Christiawan, 2005).
RUJUKAN
- Ang, Robert, 1997, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelegent Guide to Indonesian Capital Market), Mediasoft Indonesia.
- Antariksa Budileksmana, Barbara Gunawan, 2003, “Pengaruh Indikator Rasio Keuangan Perusahaan, Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) terhadap Return Portofolio Saham di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 4, No.2.
- Bacharuddin, 2002, “EVA dan MVA sebagai Pengukur Kinerja Perusahaan”, Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol.5, No.1, hal. 13-20.
- Ghozali, Imam dan Irwansyah, 2002, “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Alat Ukur EVA, MVA dan ROA terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di BEJ”, Jurnal Penelitian Akuntansi-Bisnis dan Manajemen, Vol.9, No. 1, April.
- Halim, Abdul, 2005, Analisis Investasi, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.
- Horne, James C.V and Wachoviz Jr, John M, 1998, Fundamental of Financial Management, 8th ed, New Jersey, Prentice Hall International.
- Husnan, Suad, 1997, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek), Buku 2, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.
- Jogiyanto, 2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.
- Jogiyanto Hartono dan Chendrawati, 1999, “ROA dan EVA: A Comaprative Empirical Study”, Gajah Mada International Journal of Bussines 1 (May): 45-54.
- Linawati, Lisa, 1999, “Economic Value Added sebagai ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1, No. 1, Mei 1999.
- Makelainen, Esa, 1999, “Introduction of Economic Value Added” http://www.economics.com.
- Mamduh M. Hanafi, Abdul Halim, 2007, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ketiga, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
- Natarsyah, Syahib, 2000, “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham” : Kasus Industri barang konsumsi yang go publik di pasar Modal Indonesia, Jurnal Ekonomi Bisnis Indonesia, Vol. 15, no.3, 294-312.
- Noer Sasongko dan Nila Wulandari, 2006, Pengaruh EVA dan Rasio-rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham, Empirika, Vol.19, N.1, Juni.
- Pancawati Hardiningsih, L. Suryanto dan Anis Chariri, 2001, “Pengaruh Faktor-faktor Fundamental dan Resiko Ekonomi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Strategi Bisnis, Vol. 8, Desember.
- Poeradisastra, Teguh, 2003, Menelanjangi Patamorgana Laba Perusahaan, SWA 21/XIX/16 Oktober.
- Pradhono, Yulius Jogi, 2005, “Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima oleh Pemegang Saham”, Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra.
- Rina, Trisnawati, 1999, “Pengaruh Informasi Prospektus dan Return Saham di Pasar Modal”, Simposium Nasional Akuntansi II dan Rapat Anggota II IAI, Kompartemen Akuntan Pendidik, 24-25 September, hal.1-13.
- Rousana, M, 1997, EVA dan Penciptaan Nilai Perusahaan di Pasar Modal Indonesia”, Manajemen dan Usahawan Indonesia, No.09, Th. XXVI, April. Ruky, Saiful M, 1997, “EVA dan Penciptaan Nilai Perusahaan di Pasar Modal Indonesia”, Manajemen dan Usahawan Indonesia, No. 09, Th. XXVI, April.
- Suharly, Michell, 2006, “Studi Empiris terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food & Beverages di Bursa Efek Jakarta”, http://www.petra.ac.id
- Widayanto, Gatot, 1993, “EVA/NITAMI Suatu Terobosan Baru dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan”, Manajemen Usahawan Indonesia, No. 4, Th. XXVI.
- Wild, J. John, K.R. Subramanyam, Robert F. Halsey, 2005, Financial Statement Analysis, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 8, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.
𝗩𝗣𝗦
ReplyDeletePerusahaan Fort Financial Services menyediakan penggunaan virtual private server (VPS, Virtual Private Server) pada pelanggannya yang menggunakan sistem perdagangan mekanis (Advisors) untuk berdagang.
Layanan ini memungkinkan robot perdagangan bekerja lebih efisien karena koneksi internet broadband berkualitas tinggi, dan memungkinkan pedagang membuat penyesuaian tepat waktu pada kerja advisornya sesuai dengan kondisi pasar yang volatil.
Layanan ini memberi pelanggan kami sejumlah keuntungan:
Pengoperasian advisor yang tidak terganggu
Pengoperasian advisor yang stabil
Perdagangan 24 Jam dengan advisor
Akses cepat ke akun perdagangan
Kesempatan berdagang simultan dengan dua terminal
Aktifkan VPS Anda sekarang dengan memilih tab Personal Account di server khusus virtual. Harap diperhatikan bahwa kami menyediakan VPS gratis
Cek resi wahana express
ReplyDelete