Ads 468x60px

.

Tuesday 11 May 2010

FAKTOR FUNDAMENTAL


Analisis Fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan yang kuat yang disebut nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan prospeknya di masa datang. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari faktor-faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan (return) yang diharapkan dengan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut.
         Analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (2) menerapkan hubungan-hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model. Dalam model peramalan ini, langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental (seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden, dan sebagainya) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Jika kemampuan perusahaan semakin meningkat (misalnya menghasilkan laba yang meningkat) maka harga saham akan meningkat pula. Dengan kata lain profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Suad Husnan, 1998).

Return On Asset
ROA dapat diinterpretasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan (strategi) dan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan (environmental factors). Analisis difokuskan pada profitabilitas aset, dan dengan demikian tidak memperhitungkan cara-cara untuk mendanai asset tersebut. Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang ada, setelah biaya-biaya modal dikeluarkan dari analisis. Fokus analisis ROA adalah profitabilitas, independen terhadap biaya modalnya (Mamduh, Abdul Halim, 2007: 159).
ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio rentabilitas yang ada.

Price Earning Ratio
Price Earning Ratio (PER) mengindikasikan besarnya dana yang dikeluarkan oleh investor untuk memperoleh setiap rupiah laba perusahaan. Perusahaan yang memungkinkan pertumbuhan yang lebih tinggi biasanya mempunyai PER yang besar, demikian pula sebaliknya (Gibson, 1992 : 380 – 381).
PER menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima (Harahap, 2001 : 310). Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mengharapkan pertumbuhan dividen yang tinggi, saham memiliki risiko yang rendah dan investor puas dengan pendapatan yang tinggi serta perusahaan mengharapkan pertumbuhan dividen daripada proporsi laba yang tinggi.

Quick Asset to Inventory
QAI merupakan salah satu rasio aktivitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan aktiva lancar (terutama dalam bentuk kas dan setara kas) dari perputaran persediaan. Kas yang setara kas dalam penelitian ini meliputi surat-surat berharga seperti obligasi, saham giro dan lain sebagainya. Semakin cepat perputaran inventory atau persediaan menunjukkan semakin produktif perusahaan dalam menghasilkan aktiva lancar. Perusahaan yang semakin produktif menunjukkan kinerja yang semakin baik dalam mengelola persediaan untuk menghasilkan aktiva lancarnya.
Meningkatnya QAI akan meningkatkan kepercayaan para penyandang dana (investor dan kreditor) dalam menanamkan dananya ke perusahaan. Meningkatnya kepercayaan investor maupun kreditor terhadap perusahaan maka harga saham di pasar modal diprediksikan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham maka total return saham (penjumlahan capital gain/loss dan dividend yield) juga meningkat, sehingga QAI berpengaruh positif terhadap total return saham.

Debt to Equity Ratio
DER merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Total Debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang) sedangkan total sharehoder’s equity merupakan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar disbanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) (Ang, 1997).
Mondligiani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya DER karena adanya efek dari corporate tax shield. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak, umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan hutang dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak.
Dengan demikian apabila terdapat dua perusahaan dengan laba operasi yang sama, tetapi perusahaan yang satu menggunakan hutang dan membayar bunga sedangkan perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil, sehingga menghemat pendapatan.

Net Profit Margin
Net Profit Margin menunjukkan rasio laba bersih setelah pajak atau net income terhadap total penjualannya. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan yang dicapai.

Earning Per Share
EPS merupakan rasio keuangan yang sering digunakan oleh investor saham atau calon investor saham untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai. EPS adalah bagian dari proporsi laba perusahaan yang diakui dalam setiap lembar saham biasa yang beredar, nilainya dapat naik jika jumlah lembar saham yang beredar dikurangi dan nilainya dapat turun jika jumlah lembar saham yang beredar ditambah.

Economic Value Added
Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, penggunaan ukuran kinerja keuangan yang mendasarkan pada analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi konvensional, seperti rasio profitabilitas memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan suatu pendekatan dalam menilai kinerja suatu perusahaan, yaitu Economic Value Added (EVA).
EVA adalah ukuran kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan economic profit suatu perusahaan, dibandingkan dengan ukuran yang lain. EVA juga merupakan ukuran kinerja yang berkaitan langsung dengan kemakmuran pemegang saham sepanjang waktu. Keunggulan EVA sebagai pengukur kinerja terletak pada kemampuannya untuk menyatukan tiga fungsi penting manajemen, yaitu: capital budgeting, performance appraisal dan incentive compensation (Higgins, 1998, dalam Pradhono dan Julius Jogi Christiawan, 2005).

RUJUKAN
  1. Ang, Robert, 1997, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelegent Guide to Indonesian Capital Market), Mediasoft Indonesia.
  2. Antariksa Budileksmana, Barbara Gunawan, 2003, “Pengaruh Indikator Rasio Keuangan Perusahaan, Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) terhadap Return Portofolio Saham di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 4, No.2.
  3. Bacharuddin, 2002, “EVA dan MVA sebagai Pengukur Kinerja Perusahaan”, Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol.5, No.1, hal. 13-20.
  4. Ghozali, Imam dan Irwansyah, 2002, “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Alat Ukur EVA, MVA dan ROA terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di BEJ”, Jurnal Penelitian Akuntansi-Bisnis dan Manajemen, Vol.9, No. 1, April.
  5. Halim, Abdul, 2005, Analisis Investasi, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.
  6. Horne, James C.V and Wachoviz Jr, John M, 1998, Fundamental of Financial Management, 8th ed, New Jersey, Prentice Hall International.
  7. Husnan, Suad, 1997, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek), Buku 2, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.
  8. Jogiyanto, 2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.
  9. Jogiyanto Hartono dan Chendrawati, 1999, “ROA dan EVA: A Comaprative Empirical Study”, Gajah Mada International Journal of Bussines 1 (May): 45-54.
  10. Linawati, Lisa, 1999, “Economic Value Added sebagai ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1, No. 1, Mei 1999.
  11. Makelainen, Esa, 1999, “Introduction of Economic Value Added” http://www.economics.com.
  12. Mamduh M. Hanafi, Abdul Halim, 2007, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ketiga, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
  13. Natarsyah, Syahib, 2000, “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham” : Kasus Industri barang konsumsi yang go publik di pasar Modal Indonesia, Jurnal Ekonomi Bisnis Indonesia, Vol. 15, no.3, 294-312.
  14. Noer Sasongko dan Nila Wulandari, 2006, Pengaruh EVA dan Rasio-rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham, Empirika, Vol.19, N.1, Juni.
  15. Pancawati Hardiningsih, L. Suryanto dan Anis Chariri, 2001, “Pengaruh Faktor-faktor Fundamental dan Resiko Ekonomi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Strategi Bisnis, Vol. 8, Desember.
  16. Poeradisastra, Teguh, 2003, Menelanjangi Patamorgana Laba Perusahaan, SWA 21/XIX/16 Oktober.
  17. Pradhono, Yulius Jogi, 2005, “Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima oleh Pemegang Saham”, Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra.
  18. Rina, Trisnawati, 1999, “Pengaruh Informasi Prospektus dan Return Saham di Pasar Modal”, Simposium Nasional Akuntansi II dan Rapat Anggota II IAI, Kompartemen Akuntan Pendidik, 24-25 September, hal.1-13.
  19. Rousana, M, 1997, EVA dan Penciptaan Nilai Perusahaan di Pasar Modal Indonesia”, Manajemen dan Usahawan Indonesia, No.09, Th. XXVI, April. Ruky, Saiful M, 1997, “EVA dan Penciptaan Nilai Perusahaan di Pasar Modal Indonesia”, Manajemen dan Usahawan Indonesia, No. 09, Th. XXVI, April.
  20. Suharly, Michell, 2006, “Studi Empiris terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food & Beverages di Bursa Efek Jakarta”, http://www.petra.ac.id
  21. Widayanto, Gatot, 1993, “EVA/NITAMI Suatu Terobosan Baru dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan”, Manajemen Usahawan Indonesia, No. 4, Th. XXVI.
  22. Wild, J. John, K.R. Subramanyam, Robert F. Halsey, 2005, Financial Statement Analysis, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 8, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.

Comments
2 Comments

2 komentar:

  1. 𝗩𝗣𝗦

    Perusahaan Fort Financial Services menyediakan penggunaan virtual private server (VPS, Virtual Private Server) pada pelanggannya yang menggunakan sistem perdagangan mekanis (Advisors) untuk berdagang.

    Layanan ini memungkinkan robot perdagangan bekerja lebih efisien karena koneksi internet broadband berkualitas tinggi, dan memungkinkan pedagang membuat penyesuaian tepat waktu pada kerja advisornya sesuai dengan kondisi pasar yang volatil.

    Layanan ini memberi pelanggan kami sejumlah keuntungan:

    Pengoperasian advisor yang tidak terganggu
    Pengoperasian advisor yang stabil
    Perdagangan 24 Jam dengan advisor
    Akses cepat ke akun perdagangan
    Kesempatan berdagang simultan dengan dua terminal
    Aktifkan VPS Anda sekarang dengan memilih tab Personal Account di server khusus virtual. Harap diperhatikan bahwa kami menyediakan VPS gratis

    ReplyDelete

ARTIKEL TERKAIT